Jumat, 21 September 2018

Rekam jejak bulutangkis Indonesia


Setelah 26 tahun Indonesia akhirnya kembali dipercaya menjadi tuan rumah perhelatan Kejuaraan Dunia Bulutangkis BWF pada 10-16 Agustus 2015 mendatang. Baru tiga kali Indonesia - tepatnya Istora Senayan Jakarta - ditunjuk sebagai tuan rumah turnamen bergengsi tersebut. Sebelumnya kehormatan itu diperoleh pada 1980 dan 1989.  

Menilik ke era 1980, pretasi yang ditorehkan para atlet Tanah Air sangat gemilang. Tampil di publik sendiri, Indonesia nyaris menyapu bersih semua nomor. Rudy Hartono yang berlaga di sektor tunggal putra mampu keluar sebagai juara. Prestasi yang sama juga diukir pebulutangkis tunggal putri, Verawaty Fajrin.

Di sektor ganda putra, pasangan Ade Chandra/Christian Hadinata sukses meraih medali emas. Christian tampil lagi sebagai juara setelah berpasangan dengan Imelda Wiguna di nomor ganda campuran. Hanya sektor ganda putri yang gagal mempersembahkan emas. Imelda Wiguna yang berpasangan dengan Verawaty hanya mampu meraih medali perak setelah kalah di partai final melawan pasangan Inggris, Nora Perry/Jane Webster. Prestasi tersebut tentu saja menjadi suatu kebanggaan bagi publik Tanah Air, apalagi capaian tersebut tercipta di negeri sendiri.

Sayang, status tuan rumah tak selalu menjamin gelar juara gampang diraih. Saat turnamen paling bergengsi dalam dunia bulutangkis itu kembali dihelat di Jakarta pada 1989, Indonesia gagal total.  Para pebulutangkis andalan Indonesia gagal meraih gelar juara dunia. Dominasi Tiongkok tak terbantahkan karena berhasil membawa pulang empat medali emas. Indonesia harus puas dengan perolehan dua medali perak, masing-masing disumbangkan Ardy B. Wiranata dari sektor tunggal putra, dan Eddy Hartono/Verawaty Fajrin dari ganda campuran.

Lalu bagaimana peluang para atlet Indonesia di Kejuaraan Dunia tahun ini? Indonesia bakal diwakili 28 pemain yang turun di semua nomor. Ganda putra dan campuran jelas kembali menjadi andalan untuk mendulang emas.

Pasangan ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, diharapkan bisa memenuhi target tampil sebagai kampiun. Jalan mereka untuk mencapai tangga juara pun terbilang tak terlalu terjal.  Mendapat bye di babak pertama, unggulan ketiga itu akan menemui pemenang antara Baptiste Careme/Ronan Labar dan Peter Gabriel Magnaye/Paul Jefferson Vivas di babak kedua. 

"Peluangnya bagus, drawing Hendra/Ahsan bagus, tergantung bagaimana besok di lapangan. Jika Hendra/Ahsan bisa lolos dari semifinal, kans juara lebih besar. Karena memang head to head selama ini sering kalah dari pasangan Korea atau Tiongkok. Kali ini lebih menguntungkan karena kami tuan rumah," ucap pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, belum lama ini. 

Sedangkan di sektor ganda campuran Indonesia bisa berharap kepada pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto.

“PBSI menargetkan Praveen/Debby meraih medali. Jadi, paling tidak mereka harus bisa lolos ke semifinal. Kami berharap, Praveen/Debby bisa menjegal pasangan-pasangan unggulan dan bertemu Tontowi/Liliyana di semifinal,” ujar pelatih ganda campuran nasional, Richard Mainaky.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar