Jumat, 21 September 2018

Nama pelatih Indonesia yang mendunia

Hendrawan, jadi harapan utama untuk bulutangkis Malaysia

Nama Hendrawan bisa dibilang sebagai salah satu legenda Badminton Indonesia. Apalagi kalau mengingat dirinya sempat tiga kali meraih piala Thomas dan 1 kali juara dunia. Setelah memutuskan untuk gantung raket, bukan berarti Hendrawan benar-benar pensiun dari dunia bulutangkis. Ya, dirinya malah memutuskan untuk menempuh karir baru sebagai seorang pelatih.



Hendrawan [image source]
Lantaran pamornya jadi seorang pelatih jadi makin terkenal, alhasil 2009 negeri Jiran Malaysia memutuskan untuk merekrutnya untuk melatih  atlet bernama,Lee Chong Wei. Beruntung di tangan Hendrawan pemain yang karirnya sempat merosot jadi naik secara drastis, bahkan jadi juara dua Olimpiade 2016.

Atik Jauhari, membawa India jadi yang terbaik di dunia

Atik Jauhari bisa dianggap sebagai salah satu guru besar bulu tangkis Indonesia. Pasalnya melalui tangan dinginnya itu, lahirlah para atlet hebat seperti Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Hastomo Arbi dan Eddy Kurniawan. Lantaran namanya yang sudah terkenal di dunia bulutangkis, alhasil beberapa negara tertarik untuk meminangnya sebagai pelatih di sana.



Atik Jauhari [image source]
Mulai dari Swedia, Thailand hingga India pun sempat disinggahi guru besar bulutangkis yang satu ini. Bahkan anak didiknya saat di India, Saina Nehwal menorehkan prestasi yang luar biasa karena menduduki peringkat satu dunia. Lihat sendiri kan bagaimana hebatnya para pelatih Indonesia ini.

Tong Sin Fu, ditolak jadi WNI malah bikin Tiongkok menepati posisi puncak dunia

Dari tangan dingin Tong Sin Fu, sejatinya lahir para pemain kebanggaan Indonesia seperti Alan Budi kusuma, Ardy Wiranata, Joko Supriyanto, Hariyanto Arbi, dan Susy Susanti. Namun demikian, masalah utama dari pria kelahiran Lampung ini adalah kewarganegaraan yang ternyata ikut orang tua alias bukan WNI.



Tong Sin Fu [image source]
Kendati pun demikian, berkali-kali mengajukan permohonan, seolah prosesnya dipersulit, hingga akhirnya dia memilih menetap saja dan melatih tim Tiongkok. Dari tangan dinginnya itu pula, lahir para pemain hebat dunia asal negeri tirai bambu seperti Lin Dan, Xia Xuanze, dan ganda putra Cai Yun/Fu Haifeng. Bisa dibilang ditolaknya status WNI sang pelatih tangguh ini adalah salah satu kehilangan Indonesia terbesar di dunia Badminton.

Rexy Mainaky, pemain termahal yang sudah jadi pelatih berbagai negara

Nama Rexy Maniaky pertama bersinar saat dirinya memperoleh medali emas dalam Olimpiade Atlanta 1996. Siapa sangka makin hari karirnya jadi semakin meningkat hingga sempat membuat pebulutangkis asal Indonesia ini jadi pemain termahal di dunia. Namun akhirnya Rexy memilih gantung raket dan menjadi seorang pelatih.



Rexy Mainaky [image source]
Di dunia perpelatihan, sudah banyak prestasi pula yang dia torehkan, mulai dari menjadi pelatih utama BAM ( Badminton Assosiation of Malaysia) selama tujuh tahun hingga kepala pelatih di Filipina. Hingga akhirnya 2014 Rexy memilih untuk melatih Indonesia dan mengatarkan bumi pertiwi beberapa kali masuk final Piala Thomas.

Reony Mainaky, yang kini jadi pelatih sukses di negeri sakura

Ternyata saudara Rexy Mainaky juga menorehkan karir gemilang dalam karirnya sebagai pelatih. Ya tepatnya setelah memilih pensiun jadi atlet Reony sempat beberapa kali menerima tawaran untuk melatih. Hingga akhirnya negeri matahari terbit pun jadi kesengsem untuk meminangnya.



Reony Mainaky [image source]
Di tangan Riony Mainaky, tim Jepang yang awalnya terpuruk bisa bangkit bahkan berapa kali membuat Indonesia kewalahan. Sebelum memutuskan melatih Jepang, sebenarnya Reony berkeinginan melatih di bumi pertiwi, namun karena ada beberapa permasalahan, maka dirinya memilih untuk hijrah.
Para pelatih Indonesia di luar negeri itu sejatinya menjadi bukti betapa majunya Badminton di negeri ini. Pasalnya, mereka telah membawa negara yang dilatih sampai dalam kejuaraan kelas dunia. Melihat rekor para pelatih ini, bukan hal yang aneh lagi kan seandainya Indonesia dijuluki perguruan tinggi badminton dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar